Banyuwangi/Situbondo - Berbagai cara dilakukan masyarakat untuk ikut memperingati kemerdekaan RI di Kab. banyuwangi , warga memiliki tradisi barikan. Barikan merupakan acara tasyakuran atau selamatan yang digelar di kampung-kampung atau lingkungan warga dalam memperingati hari Kemerdekaan Republik Indonesia.
Di Banhyuwangi sendiri, barikan dilakukan dengan berbagai ragam rangkaian kegiatan. Tetapi secara garis besar, acara wajib yang ada adalah renungan kemerdekaan dan doa bersama. Dilanjutkan dengan makan-makan atau saling tukar-menukar ingkung atau Tumpeng nasi.
Seperti yang dilakukan warga RT 03/RW 06 Desa Setail. Di lapangan desa tersebut yang berada di sela-sela perkampungan, warga membuat panggung sederhana. Sebuah banner dengan tulisan Dirgahayu Republik Indonesia bercorak merah putih, ditambah bunga-bunga dan tanaman milik warga menjadi hiasan penyemarak.
Suasana haru dan bangga terasa saat sesepuh desa dan Kasdim 0825/Banyuwangi menyampaikan renungan kemerdekaan dan doa. Acara yang dihadiri oleh semua anggota Satgas TMMD ke 105 Kodim Banyuwangi ini dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng. Suasana kembali ceria saat anak-anak mulai ceria makan bersama dengan teman-temanya.
"Setiap tahun memang tradisi barikan ini kami lakukan. Tujuannya untuk mengungkapkan rasa syukur, juga bersilahturahmi antara anggota Satgas dengan masyarakat karena semua warga berkumpul," ungkap Kasdim 0825/Banyuwangi Mayor Inf Herawady Karnawan.
"Sebelumnya sudah ada beberapa kegiatan seperti kerja bakti dan menghias kampung, juga Jalan sehat. Pemberian hadiah utama secara simbolis juga kami lakukan malam ini," urainya.
Terpisah, kepala Desa Setail, Syaifudin mengungkapkan bahwa barikan bisa dimaknai sebuah ungkapan syukur rakyat atas kemerdekaan. "Jika dahulu pejuang bahu membahu melawan musuh, maka di era kini, masyarakat gotong royong membuat acara syukur. Dalam bentuk mengenang kebersamaan tersebut dengan berkumpul menikmati aneka makanan bersama tetangga," ujarnya.
Selain itu, menurut kepala Desa Setail, Syaifudin, barikan juga merupakan perwujudan kebersamaan, saling menjaga satu tetangga dengan tetangga lainnya seperti halnya saat revolusi fisik melawan penjajah. "Terinspirasi oleh hal tersebut, wujud syukur malam menjelang 17 Agustus, masyarakat menggelar kebersamaan saat-saat mengisi kemerdekaan," pungkasnya. (Tim Tehknis Penrem 083/Bdj).(Pen 23)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar