PENYALURAN BANTUAN KEPADA GURU NGAJI DI KECAMATAN PANJI 2017

Situbondo – Senin (05/06) Penyaluran bantuan kepada guru ngaji di Kecamatan Panji Tahun Anggaran 2017 diselenggarakan pada hari Senin tanggal 05 Juni 2017 (10 Ramadlan 1438 H) yang dihadiri oleh Bupati SItubondo, Sekretaris Daerah Kabupaten Situbondo, Pelda Fajar yang mewakili Danramil 0823/02 Panji, Muspika, MWC NU Panji, dan guru ngaji sewilayah Kecamatan Panji sebagai bentuk perhatian Pemerintah Kabupaten Situbondo dalam meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, serta pembinaan kerokhanian sekaligus pengentasan buta huruf Bahasa Arab atau mengaji bagi kaum Muslimin. Pemberian bantuan ini diharapkan dapat lebih mendorong dan meningkatkan motivasi untuk membantu dalam memberikan pengetahuan agama khususnya kepada anak didik.

Diakui atau tidak, peran guru ngaji adalah sebagai ujung tombak atau garda depan dalam penyebaran misi Islam yang rahmatan lil ’alamin. Bahkan gerakan pembumian Al Qur’an, atau meminjam istilah yang dipopulerkan oleh Gus Dur di era 80-an yaitu pribumisasi Islam, sejatinya tidak terlepas dari upaya gerakan dakwah yang dilakukan oleh para guru ngaji yang mendidik generasi muda yang berakhlakul karimah.

Menjadi keprihatinan kita semua bahwa di tengah pusaran arus globalisasi dan liberalisasi telah terjadi penetrasi budaya yang mempengaruhi pemikiran para generasi muda melalui berbagai penjuru. Maka dengan terus meningkatkan dan mengajarkan nilai-nilai luhur Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW. diharapkan mampu menjadi penangkal masuknya beberapa pemahaman yang bertentangan dengan nilai-nilai dan norma agama maupun sosial.

Melalui gerakan pendidikan keagamaan yang dipelopori oleh guru ngaji justru pendidikan karakter bangsa (national character building) menemukan relevansinya dengan esensi pembangunan nasional, yaitu pada dimensi pembangunan moril maupun spirituil yang sesungguhnya amat dibutuhkan selain pembangunan fisik, seperti membangun bendungan, gedung-gedung bertingkat, jalan raya, jembatan layang, apartemen, dan lain-lain. Apalah artinya membangun infrastruktur fisik yang megah dan mahal, jika tidak diimbangi dengan pembangunan morilitas bangsa yang kokoh maka bisa berdampak ambruknya sendi-sendi bernegara akibat meluasnya dekadensi moral para penyelenggara negara dan generasi mudanya. Jadi, prinsip dasar pembangunan karakter bangsa adalah pembangunan warga bangsa yang berakhlak mulia, unggul dan tangguh.

Secara sosiologis, peranan guru ngaji tidak sekedar agent of social change atau social engenering khususnya dalam pembinaan karakter masyarakat. Namun demikian, kiprah mereka merupakan alternatif pendidikan keagamaan (nonformal) yang menjadi solusi atas jawaban terkait kegagalan pendidikan di sekolah formal dalam memberikan pendidikan karakter kepada siswa akhir-akhir ini.

Sungguh mulia dan sangat terhormat, tindakan yang dilakukan guru ngaji di kampung-kampung yang melakukan bimbingan spiritual dan mengajarkan moralitas ke-Islam-an. Karena dengan jalan tarbiyah semacam itu generasi bangsa bisa diselamatkan dari ancaman dekadensi moral. Rusaknya moralitas generasi muda berarti ancaman nyata bagi masa depan sebuah bangsa.

Kebiasaan guru ngaji yang mengajarkan Al Qur’an dan ilmu-ilmu ke-Islam-an lainnya kepada para santri tentu didasarkan atas perintah Allah SWT dan Rasul-Nya serta sebagai tanggung jawab moral sebagai pemangku tradisi yang bertugas membimbing masyarakat menuju keadaban (mutamaddin). Tindakan mulia tersebut bukan semata-mata karena bentuk pertanggungjawaban sosial dan atau tuntutan etika religius seseorang, akan tetapi juga dapat dimaknai sebagai ritus yang secara otomatis terbentuk oleh proses indoktrinasi tradisi sebelumnya.

Penting disadari, kehadiran guru ngaji yang mengajarkan Al Qur’an dan pengetahuan ke-Islam-an lainnya merupakan bagian solusi keumatan yang sangat fundamental. Mengajarkan dan menyebarkan nilai-nilai Al Qur’an kepada generasi muda bangsa. Membekali nilainilai dan ajaran Al Qur’an kepada setiap anak Muslim sangatlah penting, karena dengan begitu, keselarasan jiwa dan prilaku anak mudah terbentuk sejak awal. Sehingga membentuk pola hidup Islami dan tipikal karakter yang kuat pada diri anak sejak usia dini. Dengan spirit ini pula spektrum dakwah terus berjalan dari generasi ke generasi. Loyalitas guru ngaji terbagun karena mereka punya spirit dakwah yang bersemayam di lubuk sanubari masih terus menyala.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar